Selasa, 20 September 2011

DEFINISI TEKNOLOGI PEMBELAJARAN

NAMA : MOHAMAD GARDEA NUGRAHA
NIM     : 0906672

Jur/Fak : PLS(09) / FIP
M.KUL : TEKNOLOGI PEMBELAJARAN


Definisi Teknologi Pembelajaran
Rumusan tentang pengertian Teknologi Pembelajaran telah mengalami beberapa perubahan, sejalan dengan sejarah dan perkembangan dari teknologi pembelajaran itu sendiri. Di bawah ini dikemukakan beberapa definisi tentang Teknologi Pembelajaran yang memiliki pengaruh terhadap perkembangan Teknologi Pembelajaran.
1.      Definisi Association for Educational Communications Technology (AECT) 1963
“ Komunikasi audio-visual adalah cabang dari teori dan praktek pendidikan yang terutama berkepentingan dengan mendesain, dan menggunakan pesan guna mengendalikan proses belajar, mencakup kegiatan : (a) mempelajari kelemahan dan kelebihan suatu pesan dalam proses belajar; (b) penstrukturan dan sistematisasi oleh orang maupun instrumen dalam lingkungan pendidikan, meliputi : perencanaan, produksi, pemilihan, manajemen dan pemanfaatan dari komponen maupun keseluruhan sistem pembelajaran. Tujuan praktisnya adalah pemanfaatan tiap metode dan medium komunikasi secara efektif untuk membantu pengembangan potensi pembelajar secara maksimal.”
Meski masih menggunakan istilah komunikasi audio-visual, definisi di atas telah menghasilkan kerangka dasar bagi pengembangan Teknologi Pembelajaran berikutnya serta dapat mendorong terjadinya peningkatan pembelajaran.
2.      Definisi Commission on Instruction Technology (CIT) 1970
“Dalam pengertian yang lebih umum, teknologi pembelajaran diartikan sebagai media yang lahir sebagai akibat revolusi komunikasi yang dapat digunakan untuk keperluan pembelajaran di samping guru, buku teks, dan papan tulis…..bagian yang membentuk teknologi pembelajaran adalah televisi, film, OHP, komputer dan bagian perangkat keras maupun lunak lainnya.”
“Teknologi Pembelajaran merupakan usaha sistematik dalam merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi keseluruhan proses belajar untuk suatu tujuan khusus, serta didasarkan pada penelitian tentang proses belajar dan komunikasi pada manusia yang menggunakan kombinasi sumber manusia dan manusia agar belajar dapat berlangsung efektif.”
3.      Definisi Silber 1970
“Teknologi Pembelajaran adalah pengembangan (riset, desain, produksi, evaluasi, dukungan-pasokan, pemanfaatan) komponen sistem pembelajaran (pesan, orang, bahan, peralatan, teknik dan latar) serta pengelolaan usaha pengembangan (organisasi dan personal) secara sistematik, dengan tujuan untuk memecahkan masalah belajar”.
Definisi yang dikemukakan oleh Kenneth Silber di atas menyebutkan istilah pengembangan. Pada definisi sebelumnya yang dimaksud dengan pengembangan lebih diartikan pada pengembangan potensi manusia. Dalam definisi Silber, penggunaan istilah pengembangan memuat dua pengertian, disamping berkaitan dengan pengembangan potensi manusia juga diartikan pula sebagai pengembangan dari Teknologi Pembelajaran itu sendiri, yang mencakup : perancangan, produksi, penggunaan dan penilaian teknologi untuk pembelajaran.
4.      Definisi komisi TP 1970
Dlm pengertian umum, TP merupakan usaha yang sistematik dalam merancang, melaksanakan dan mengevaluasi keseluruhan proses belajar mengajar untuk suatu tujuan khusus serta didasarkan pada penelitian tentang proses belajar dan komunikasi yang menggunakan kombinasi sumber manusia dan non manusia agar belajar dpt efektif.
5.      Definisi MacKenzie dan Eraut 1971
“Teknologi Pendidikan merupakan studi sistematik mengenai cara bagaimana tujuan pendidikan dapat dicapai”
Definisi sebelumnya meliputi istilah, “mesin”, instrumen” atau “media”, sedangkan dalam definisi MacKenzie dan Eraut ini tidak menyebutkan perangkat lunak maupun perangkat keras, tetapi lebih berorientasi pada proses.
6.      Definisi AECT 1972
Pada tahun 1972, AECT berupaya merevisi defisini yang sudah ada (1963, 1970, 1971), dengan memberikan rumusan sebagai berikut :
“Teknologi Pendidikan adalah suatu bidang yang berkepentingan dengan memfasilitasi belajar pada manusia melalui usaha sistematik dalam : identifikasi, pengembangan, pengorganisasian dan pemanfaatan berbagai macam sumber belajar serta dengan pengelolaan atas keseluruhan proses tersebut”.
Definisi ini didasari semangat untuk menetapkan komunikasi audio-visual sebagai suatu bidang studi. Ketentuan ini mengembangkan gagasan bahwa teknologi pendidikan merupakan suatu profesi.
7.      Definisi SILBER 1973
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN adalah PENGEMBANGAN(riset, desain, produksi, evaluasi, dukungan-pasokan, pemnfaatan) KOMPONEN SISTEM pembelajaran (pesan, orang, bahan, alat, teknik, latar) serta PENGELOLAAN USAHA pengembangan (organisasi dan personil) secara sistematik, dg tujuan untuk MEMECAHKAN MASALAH belajar.
8.      Definisi AECT 1977
“Teknologi pendidikan adalah proses kompleks yang terintegrasi meliputi orang, prosedur, gagasan, sarana, dan organisasi untuk menganalisis masalah, merancang, melaksanakan, menilai dan mengelola pemecahan masalah dalam segala aspek belajar pada manusia.
Definisi tahun 1977, AECT berusaha mengidentifikasi sebagai suatu teori, bidang dan profesi. Definisi sebelumnya, kecuali pada tahun 1963, tidak menekankan teknologi pendidikan sebagai suatu teori.
9.      Definisi Robert Gagne (Gagne, 1990)
TP berhubungan dg studi dan PENCIPTAAN KONDISI BELAJAR YG BERHASIL GUNA Kondisi tsb berupa KEMAMPUAN dan KUALITAS individu pebelajar, menyangkut kemampuan pandang (visual), dengar (auditory), menangkap yg terucap, dan tertulis, KONDISI BERBASIS MEDIA, meliputi penyajian dg penjadwalan, pengurutan, dan pengorganisasian .
10.  Definisi AECT 1994
“ Teknologi Pembelajaran adalah teori dan praktek dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, serta evaluasi tentang proses dan sumber untuk belajar.”
Perbedaan defenisi teknologi pembelajaran tahun 1977 dan 1994
Beberapa perbedaan antara defenisi tahun 1977 dengan defenisi 1994 antara lain:
a)      Perubahan istilah teknologi pendidkan menjadi teknologi pembelajaran
b)      Penekanan orientasi pada defenisi tahun 1977 pada praktik, sedangkan orientasi pada defenisi tahun 1994 meliputi dua bidang yaitu teori dan praktik.
c)      Pada defenisi tahun 1977 kawasan kerja bidang teknologi pembelajaran meliputi menganalisis, merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, dan mengelola. Sedangkan dalam defenisi tahun 1994 meliputi lima kawasan antara lain perancangan, pengembangan, penggunaan, pengelolaan, dan pengevaluasian.
KESIMPULAN
Berdasarkan asumsi definisi, komponen definisi serta latar belakanh sejarah definisi teknologi pembelajaran di atas, nampaknya teknologi pemebelajaran akan terus mengalami proses “metamorfosa” menuju penyempurnaan untuk masa-masa mendatang. Di mana, semula Teknologi pembelajaran dipandang sebagai alat ke sistem yang berorientasi pada praktek menuju ke teori dan praktek,  dari produk menuju ke proses dan produk, dan akhirnya melalui perjalanan evolusionernya saat ini teknologi pembelajaran telah menjadi sebuah bidang dan profesi.
Sejalan dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat, khususnya dalam bidang pendidikan, psikologi dan komunikasi maka tidak mustahil ke depannya teknologi pembelajaran akan semakin terus berkembang dan memperkokoh diri menjadi suatu disiplin ilmu dan profesi yang dapat lebih jauh memberikan manfaat bagi pencapaian efektivitas dan efisiensi pembelajaran.
Kendati demikian, harus diakui bahwa perkembangan bidang dan profesi teknologi pembelajaran di Indonesia  hingga saat ini masih boleh dikatakan belum optimal, baik dalam hal design, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, maupun evaluasinya. Kiranya masih dibutuhkan usaha perjuangan yang sungguh-sungguh dari semua pihak yang terkait dengan teknologi pembelajaran, baik dari kalangan akademisi, peneliti maupun praktisi.

REFERENSI: 


Minggu, 11 September 2011

social marketing

Pemasaran sosial merupakan aplikasi sistematis pemasaran, bersama dengan konsep lain dan teknik, untuk mencapai tujuan perilaku tertentu untuk barang sosial[1] Pemasaran sosial dapat diterapkan untuk mempromosikan barang jasa, atau untuk membuat masyarakat menghindari barang cela dan dengan demikian untuk.mempromosikan masyarakat yang kesejahteraan secara keseluruhan. Misalnya, ini mungkin termasuk meminta orang untuk tidak merokok di tempat umum, meminta mereka untuk menggunakan sabuk pengaman, atau mendorong untuk membuat mereka mengikuti batas kecepatan.
Meskipun "pemasaran sosial" kadang-kadang terlihat hanya sebagaimenggunakan praktik standar pemasaran komersial untuk mencapai tujuan non-komersial, ini merupakan penyederhanaan berlebihan.
Tujuan utama dari pemasaran sosial adalah "baik sosial", sedangkan dalam"pemasaran komersial" adalah tujuannya terutama "keuangan". Ini tidak berartibahwa pemasar komersial tidak dapat berkontribusi pada pencapaian baik sosial.
Semakin, pemasaran sosial sedang digambarkan memiliki "dua orang tua"-a "orangtua sosial" = ilmu sosial dan kebijakan sosial, dan "orang tua pemasaran" =pendekatan sektor komersial dan publik pemasaran.
Dimulai pada 1950-an ketika Weibe bertanya "Mengapa kau tidak bisa menjualpersaudaraan dan berpikir rasional seperti Anda dapat menjual sabun?", Ia memiliki dalam dua dekade terakhir matang menjadi suatu disiplin jauh lebihintegratif dan inklusif yang mengacu pada berbagai sosial ilmu dan pendekatan kebijakan sosial serta pemasaran.
Shaklee Coorporation, yang merintis pemasaran sosial lebih dari 50 tahun lalu, telah merek dagang "Pemasaran Sosial." Jangka [2]
Pemasaran sosial tidak harus bingung dengan pemasaran media sosial.

Jenis pemasaran sosial
Pemasaran sosial menggunakan manfaat dan berbuat baik sosial untuk mengamankan dan mempertahankan keterlibatan pelanggan. Dalam pemasaran sosial fitur yang membedakan adalah karena itu "fokus utama pada baik sosial, dan bukan hasil sekunder. Tidak semua sektor publik dan bukan nirlaba pemasaran adalah pemasaran sosial.
Badan-badan sektor publik dapat menggunakan pendekatan pemasaran standar untuk meningkatkan promosi layanan yang relevan dan tujuan organisasi. Ini dapat sangat penting, tetapi tidak harus bingung dengan pemasaran sosial dimana fokusnya adalah pada pencapaian tujuan perilaku tertentu dengan khalayak tertentu dalam kaitannya dengan topik yang berbeda relevan dengan sosial yang baik (misalnya: kesehatan, keberlanjutan, daur ulang, dll). Sebagai contoh, sebuah 3-bulan kampanye pemasaran untuk mendorong orang untuk mendapatkan vaksin H1N1 lebih taktis di alam dan tidak boleh dianggap pemasaran sosial. Sedangkan kampanye yang mempromosikan dan mengingatkan orang untuk mendapatkan pemeriksaan rutin dan semua vaksinasi mereka ketika mereka seharusnya mendorong perubahan jangka panjang perilaku yang menguntungkan masyarakat.Oleh karena itu dapat dianggap pemasaran sosial.
Sebagai garis pemisah jarang jelas adalah penting untuk tidak membingungkan pemasaran sosial dengan pemasaran komersial.
Seorang pemasar komersial menjual produk hanya dapat berusaha untuk mempengaruhi pembeli untuk melakukan pembelian produk.
Pemasar sosial, berhubungan dengan tujuan seperti mengurangi merokok atau mendorong penggunaan kondom, memiliki tujuan yang lebih sulit: untuk membuat perubahan perilaku yang berpotensi sulit dan jangka panjang pada populasi target.
Hal ini kadang-kadang merasa bahwa pemasaran sosial terbatas pada spektrum tertentu client-organisasi non-profit, kelompok layanan kesehatan, lembaga pemerintah.
Ini sering adalah klien lembaga pemasaran sosial, namun tujuan merangsang perubahan sosial tidak terbatas pada organisasi amal pemerintah atau non-profit; dapat dikatakan bahwa perusahaan PR upaya seperti dana untuk seni adalah contoh dari pemasaran sosial .
Pemasaran sosial tidak harus bingung dengan Konsep Pemasaran Masyarakat yang merupakan pelopor dari pemasaran yang berkelanjutan dalam mengintegrasikan isu-isu tanggung jawab sosial ke dalam strategi pemasaran komersial. Berbeda dengan itu, pemasaran sosial menggunakan teori-teori pemasaran komersial, alat dan teknik untuk isu-isu sosial.
Pemasaran sosial menerapkan "berorientasi pelanggan" pendekatan dan menggunakan konsep-konsep dan peralatan yang digunakan oleh pemasar komersial dalam mengejar tujuan sosial seperti Anti-Merokok-Kampanye atau dana bagi LSM.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger