Kamis, 28 April 2011
Selasa, 26 April 2011
Minggu, 24 April 2011
Selasa, 12 April 2011
Fase-Fase perkembangan
09.34
the Gard
Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang berkesinambungan pada diri individu dari sejak lahir sampai mati. Proses yang selalu dialami dalam suatu fase perkembangan, antara lain:
1. Sistematis, yaitu perubahan pada diri individu bersifat saling kebergantungan satu sama lain dan mempengaruhi antara bagian-bagian organisme baik maupun fisik.
2. Progresif, berarti perubahan tersebut bersifat maju, meningkat dan mendalam baik secara fisik, maupun psikis
3. Berkesinambungan, berati perubahan pada bagian organisme berlangsung secara beraturan dan tidak terjadi secara kebetulan.
Beberapa fase perkembangan, antara lain menurut:
· Pieget
· Yelow dan Weisten (1977)
· Perkembangan berdasarkan biologis.
· Didaktaktis
· Psikologis
· Pengembangan individu pada tahap pendidikan
Dapat disimpulkan,
TAHAPAN | USIA | CIRI-CIRI |
Pertama | 0-7 tahun | · Anak memasuki tahapan bermain · Dari segi biologis, pada tahap ini, anak mulai memasuki tahap pertumbuhan, yaitu munculnya gigi pada umur 2 th. · Menurut Kretscmer tahap I yaitu antara 0 tahun sampai 3 tahun, anak memasuki fase perubahan bentuk badan yaitu terlihat pendek dan gemuk, selanjutnya dari umur 3 sampai 7 tahun anak memasuki periode meninggi. · Pada penahapan menurut proses belajar mengajar, pada tahap ini anak memasuki usia pra sekolah (play group, TK) · Menurut Freud, fase ini disebut fase oral (mulut) karena mulut dipandang sebagai sumber kenikmatan , anak akan memasukan apa saja yang dijumpainya ke dalam mulutnya · Pada usia 2 tahun, anak mulai mengenal simbol-simbol, seperti kata-kata |
Kedua | 7-14 tahun | · Segi biologis, anak ditandai dengan berfungsinya organ seksual · Menurut Kretscmer, tahap ini anak kembali terlihat pendek gemuk kembali · Pada tahapan pendidikan, anak memasuki fase sekolah dasar dan menuju fase sekolah menengah/SMP · Pada usia 7-9, ada hubungan positif antara prestasi dan jasmani dan usia 9013, anak lebih cenderung terhadap pekerjaan yang praktis dan pada fase ini anak mulai memunculkan bakat-bakat khusus yang dimiliki · Anak dapat membentuk operasi mental, seperti menambah, menghapus dan mengubah terhadap pengetahuan yang mereka miliki |
Ketiga | 15-21 (remaja) | · Anak memasuki tahap berfikir dan mengontrol diri serta dapat mengambil keputusan dan memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan sendiri terhadap resiko yang mungkin terjadi · Anak (remaja) sudah dapat behubungan dengan peristiwa-peristiwa hipotesis dan abstrak melalui pemecahan masalah melalui pengujian semua alternatif. · Akifnya semua fungsi organ-organ seksual secara sempurna · Menurut Kretscmer, pada fase ini , remaja kembali langsing · Masuk masa pubertas, yaitu masa kegoncangan menuju masa kematangan ( antara 15-18 tahun) · Pada penahapan menurut proses belajar mengajar, pada tahapan ini anak memasuki usia sekolah SMA menuju tahapan mahasiswa · Remaja telah memasuki tahap pematangan pendirian hidup |
Sumber : Yusuf, Syamsudin (2009), Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: Rosda Karya.
Perkembangan Abnormal dan Supernormal
09.26
the Gard
Prilaku Abnormal
1. Pengertian Abnormal
Psikologi abnormal adalah salah satu ilmu psikologi yang menyelidiki dan mengadakan klasifikasi terhadap kelainan, gangguan, hambatan fisik maupun psikis serta merumuskan untuk mengatasinya.
2. Kriteria Abnormal
Dalam pandangan psikologi, untuk menjelaskan apakah seorang individu menunjukkan perilaku abnormal dapat dilihat dari tiga kriteria berikut:
a. Kriteria Statistik
Seorang individu dikatakan berperilaku abnormal apabila menunjukkan karakteristik perilaku yang tidak lazim alias menyimpang secara signifikan dari rata-rata, Dilihat dalam kurve distribusi normal (kurve Bell), jika seorang individu yang menunjukkan karakteristik perilaku berada pada wilayah ekstrem kiri (-) maupun kanan (+), melampaui nilai dua simpangan baku, bisa digolongkan ke dalam perilaku abnormal.
b. Kriteria Norma
Perilaku individu banyak ditentukan oleh norma-norma yang berlaku di masyarakat, – ekspektasi kultural tentang benar-salah suatu tindakan, yang bersumber dari ajaran agama maupun kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakat , misalkan dalam berpakaian, berbicara, bergaul, dan berbagai kehidupan lainnya. Apabila seorang individu kerapkali menunjukkan perilaku yang melanggar terhadap aturan tak tertulis ini bisa dianggap sebagai bentuk perilaku abnormal.
c. Kriteria Patologis
Seorang individu dikatakan berperilaku abnormal apabila berdasarkan pertimbangan dan pemeriksaan psikologis dari ahli menunjukkan adanya kelainan atau gangguan mental (mental disorder), seperti: psikophat, psikotik, skizoprenia, psikoneurotik dan berbagai bentuk kelainan psikologis lainnya.
3. Penyebab Karakter Menjadi Abnormal
1. Penerimaan Kasih yang Tidak Normal
Kurang kasih maupun kasih yang berlebihan akan dapat merusak perkembangan pribadi seorang anak. Bila seorang anak kurang mendapatkan kasih, namun malah banyak mendapatkan tekanan dalam hidupnya, ia akan bertumbuh menjadi seorang yang membenci orang lain. Sebagaimana dia diperlakukan sewaktu masih kecil (misal: dihajar, diperlakukan tidak adil, tidak dihargai, dianaktirikan, dsb.
2. Tidak Memiliki Identitas Diri
Jika seorang anak mempunyai identitas diri yang kuat, ia pasti juga akan mempunyai jiwa yang kuat. Sebaliknya, kalau seseorang kehilangan identitas diri dan harkatnya dalam masyarakat, tidak mungkin ia mempunyai jiwa yang sehat. Sebagai contoh, anak dari seorang pemabuk yang keluar masuk penjara, tentu akan merasa sangat malu bila orang lain mengenal siapa ayahnya. Dalam hal ini, kedudukan ayahnya menjadi dasar dari identitas dirinya dalam masyarakat.
3. Tidak Memiliki Komunikasi yang Baik
Jika seseorang mempunyai objek komunikasi maka ia tidak akan mudah mengalami sakit jiwa. Pendapat ini juga sangat benar diterapkan bagi seorang anak, karena anak pun membutuhkan teman berbicara yang mau menerima dan mengerti dirinya. Biasanya seorang anak selain membutuhkan teman sebaya juga menginginkan hubungan yang akrab dengan orang dewasa yang menghargainya. Sebagai guru Sekolah Minggu, anda berpeluang besar untuk menjadi sahabat bagi murid- murid anda. Jadilah sahabat yang baik bagi setiap mereka, sahabat yang siap menampung segala kesulitan dan keluh kesah mereka.
4. Faktor Biologis
Abnormalitas dilihat dari sudut pandang biologis berawal dari pendapat bahwa patologi otak merupakan faktor penyebab tingkah laku abnormal. Pandangan ini ditunjang lebih kuat dengan perkembangan di abad ke-19 khususnya pada bidang anatomi faal, neurologi, kimia dan kedokteran umum. Berbagai penyakit neurologis saat ini telah dipahami sebagai terganggunya fungsi otak akibat pengaruh fisik atau kimiawi dan seringkali melibatkan segi psikologis atau tingkah laku. Akan tetapi kita harus perhatikan bahwa kerusakan neurologis tidak selalu memunculkan tingkah laku abnormal, dengan kata lain tidak selalu jelas bagaimana kerusakan ini dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang.
Prilaku Supernormal
1. Pengertian Prilaku Supernormal
Anak supernormal adalah anak biasa yang memiliki kemampuan inteligensia di atas normal. Bila disertai dengan bakat dan daya kreativitas yang tinggi.
2. Faktor penyebab anak supernormal
IQ cukup memegang peranan penting untuk suksesnya seorang anak dalam belajar banyak hal. Menurut penelitian, IQ atau daya tangkap seseorang, mulai dapat ditentukan sekitar usia 3 tahun, yaitu saat ia mulai banyak mengucapkan kata-kata. Karena, ada hubungan langsung antara kemampuan berbahasa si anak dengan IQ-nya. Seorang anak yang memiliki IQ tinggi, penguasaan bahasanya akan cepat dan banyak. Tinggi rendahnya IQ seorang anak, dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Secara garis besar faktor-faktor tersebut dapat digolongkan menjadi 3, yaitu:
a. Faktor Genetik
Menurut hasil penelitian, kecerdasan dapat diturunkan melalui gen-gen dalam kromosom. Untuk itu, tidak heran jika ayah-ibu yang cerdas, akan melahirkan anak yang cerdas pula. Bahkan kini di luar negeri, terdapat bank sperma dari para donor pria-pria jenius.
b. Faktor gizi
Gizi yang baik sangat penting untuk pertumbuhan sel-sel otak, terutama pada saat ibu hamil dan juga pada waktu bayi, yaitu pada saat sel-sel otak sedang tumbuh dengan pesatnya. Kekurangan gizi pada saat pertumbuhan, bisa berakibat berkurangnya jumlah sel-sel otak dari jumlah yang normal. Hal itu tentu saja akan mempengaruhi kerja otak tersebut di kemudian hari.
c. Faktor Lingkungan
Lingkungan yang baik adalah lingkungan yang dapat memberikan kebutuhan mental bagi si anak. Kebutuhan mental meliputi kasih sayang, rasa aman, pengertian, perhatian, penghargaan, serta rangsangan intelektual. Kekurangan rangsangan intelektual pada masa bayi dan balita, dapat menyebabkan hambatan pada perkembangan kecerdasannya. Hal itu sering terjadi pada bayi-bayi yang ditinggal di panti asuhan. Menurut hasil penelitian, anak-anak yang mendapat perhatian banyak dari kedua orang tuanya, memiliki IQ yang cukup tinggi, terutama anak yang banyak mendapat perhatian dari sang ayah. Karena, secara tidak langsung kehadiran sosok ayah memberikan tambahan rasa bagi si anak sehingga menjadi lebih leluasa dalam melakukan kreativitas. Begitu pula halnya dengan anak-anak yang mendapat ASI paling sedikit selama 6 bulan penuh, menunjukkan ciri-ciri ber-IQ lebih tinggi jika dibandingkan dengan anak yang disusui selama kurang dari 3 bulan. Hal ini berkaitan dengan terjadinya hubungan psikologis yang tercipta saat menyusui yang sangat mungkin menjadi faktor penting dalam perkembangan IQ.
FAKTOR-FAKTOR PERKEMBANGAN INDIVIDU
09.19
the Gard
1. Psikologi Perkembangan Individu
Psikologi perkembangan merupakan cabang dari ilmu psikologi itu sendiri. Pada studi penelitiannya, psikologi perkembangan mengarah kepada perubahan yang terjadi pada manusia, dari masa anak-anak, dewasa sampai orang tua. Psikologi perkembangan berkaitan erat dengan psikologi sosial, karena sebagian besar perkembangan terjadi dalam konteks dasarnya interaksi sosial. Psikologi perkembangan juga berkaitan erat dengan psikologi kepribadian, karena perkembangan individu dapat membentuk kepribadian khas dari individu tersebut.
2. Perkembangan Individu Normal
Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan normal yang merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tumbuh kembang anak antara lain:
a. FAKTOR DALAM
· Ras/etnik atau bangsa
Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika, maka ia tidak memiliki faktor herediter ras/bangsa Indonesia atau sebaliknya
· Keluarga
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek, gemuk atau kurus
· Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah masa prenatal, tahun pertama kehidupan dan masa remaja.
· Jenis kelamin
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada laki-laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat
· Genetik
Adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak seperti kerdil.
· Kelainan kromosom
Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan seperti pada sindroma Down's dan sindroma Turner's.
b. FAKTOR LUAR
· Gizi
Nutrisi ibu hamil terutama dalam trisemester akhir kehamilan akan mempengaruhi pertumbuhan janin
Mekanis
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kongenital seperti club foot
· Toksi/zat kimia
Beberapa obat-obatan dapat menyebabkan kelainan kongenital.
· Infeksi
Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh virus TORCH dapat menyebabkan kelainan pada janin, katarak, bisu tuli, retasdasi mental dan kelainan jantung.
· Kelainan imunologi
Adanya perbedaan golongan darah antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah merah janin, kemudian melalui plasenta masuk dalam peredaran darah janin dan akan menyebabkan hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan kerusakan jaringan otak
· Psikologi ibu
Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakukan salah/kekerasan mental pada ibu hamil dan lain-lain
3. Perkembangan Individu Abnormal
Ahli kesehatan mental terdiri dari beberapa tipe yang berbeda-beda dalam latar belakang pelatihan mereka, tetapi meskipun begitu mereka mempunyai tujuan utama yaitu untuk dapat mengembalikan kenormalan seseorang yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti faktor-faktor berikut ini:
· Gangguan Penyesuaian dan Stress
Gangguan penyesuaian adalah reaksi maladaptif terhadap stresor yang sudah dikenali. Gangguan ini ditandai dengan adanya reaksi emosional yang lebih besar dari reaksi normal. Kemunculan stress berkaitan dengan kelemahan fungsi kekebalan tubuh yang selanjutnya meningkatkan kerentanan terhadap penyakit fisik. Pola respon biologis umum terhadap stres yang berkepanjangan dijelaskan dengan adanya sindrom adaptasi menyeluruh yang ditandai dengan adanya tiga tahap. Perubahan hidup sehari-hari yang membuktikan bahwa semakin hari semakin banyak jumlah orang yang stress akan meningkatkan tingginya masalah kesehatan. Untuk menangani masalah yang ada kita dapat memanfaatkan peranan faktor psikologis alam berbagai gangguan fisik yang dapat menangani beberapa penyakit seperti sakit kepala, kanker, dsb. Selain itu kita juga dapat menggunakan jasa ahli kesehatan atau terapi-terapi kesehatan yang ada untuk membantu penyembuhan gangguan ini, atau kita dapat memilih untuk melakukan perawatan di pusat kesehatan mental komunitas dalam sistem kesehatan maupun Rumah Sakit Jiwa. Ada dua tipe gangguan stress yang terdiri dari stress akut dan gangguan stress pancatrauma.
· Kecemasan
Kecemasan merupakan salah satu gangguan psikologi abnormal yang bila berkelanjutan dapat menyebabkan gangguan mental yang juga merupakan suatu sensasi oprehensif atau takut yang menyeluruh. Hal ini adalah hal yang normal dan dikehendaki pada beberapa kondisi tetapi dapat menjadi abnormal bila berlebihan atau tidak sesuai. Gangguan kecemasan itu sendiri terdiri dari beberapa gangguan yaitu gangguan panik, kecemasan menyeluruh, fobia, obsesif, dan kompulsif. Terdapat beberapa perspektif teoritis mengenai gangguan kecemasan yang masing-masing mempunyai definisi yang berbeda-beda. Penanganan gangguan kecemasan dapat dilakukan melalui pendekatan-pendekatan terapeutik dan yang banyak digunakan diantaranya adalah psikoanalisis tradisional, pendekatan psikodinamika, terapi humanistik berfokus, terapi obat, pendekatan kognitif dan terapi behavioral.
· Gangguan Identitas Disosiatif
Gangguan ini adalah salah satu gangguan psikologis yang menarik sekaligus membingungkan yang dulunya disebut gangguan kepribadian ganda (identitas disosiatif). Gangguan ini mencakup perubahan /gangguan dalam identitas, ingatan atau kesadaran yang mempengaruhi kemampuan untuk mempertahankan sense of self yang terintegrasi. Gangguan disosiatif itu sendiri mempunyai beberapa tipe yaitu amnesia diso, fugue diso, gangguan depersonalisasi. Teoritikus psikodinamika memandang gangguan disosiatif melibatkan bentuk pertahanan psikologis yang ada hubungannya dengan trauma pada masa anak-anak. Penanganan utama untuk gangguan identitas disosiatif menggunakan terapi obat dan perhatian yang akan membantu orang yang mengalaminya untuk mengintegrasikan pengalaman menyakitkan yang terdisosiasi dari masa kanak-kanak. Gangguan yang hampir serupa dengan gangguan ini adalah gangguan somatoform.
· Gangguan Mood
Gangguan Mood dapat merangsang terjadinya bunuh diri dan bila berkepanjangan dapat mengganggu kesehatan mental. Mood adalah kondisi perasaan yang terus ada yang mewarnai kehidupan psikologis kita. Gangguan mood yang berlangsung sangat lama akan mengganggu fungsi sehari-hari. Gangguan ini mempunyai beberapa tipe seperti depresi mayor, gangguan distimik, gangguan bipolar, gangguan siklotimik yang dapat melewati suatu episode-episode yang disebut episode manik. Gangguan ini juga dijelaskan dalam beberapa pandangan teoritis. Sedangkan bunuh diri bisa dikatakan sebagai dampak dari gangguan mood yang tidak dapat diatasi. Pendekatan teoritis yang utama untuk memahami bunuh diri diambil dari model psikodinamika klasik tentang kemarahan yang diarahkan kedalam teori durkeim. Orang yang akan bunuh diri biasanya sudah memberitahukan keinginannya itu dalam berbagai bentuk seperti ancaman, sehingga perlu kepedulian orang-orang disekitarnya karena biasanya orang ini akan nekat melakukan bunuh diri yang sebelumnya dia telah mengutarakan niatnya.
· Gangguan Kepribadian
Gangguan kepribadian adalah pola perilaku yang maladaptof dan akau atau trait kepribadian yang berhubungan dengan kondisi di stress personal yang merusak kemampuan orang tersebut untuk berfungsi dalam peran sosial dan pekerjaan. Biasanya orang yang mengalami gangguan ini merasa tidak perlu untuk mengubah diri, DSM menggolongkan gangguan kepribadian pada Aksis II dan mengategorikannya menurut kelompok yang mengikuti karakteristik: perilaku aneh/eksentrik; perilaku dramatis, emosional, eratik, atau perilaku cemas dan ketakutan yang masing-masing mempunyai ciri-ciri sendiri. Penggolongan gangguan ini masih mengalami kontroversi tetapi mempunyai perspektif teoretis. Gangguan ini dalam penanganan juga menggunakan beberapa terapi, misalnya terapi obat, terapi kognitif behavioral, terapi psikodinamika.
4. Perkembangan Individu Abnormal
a. Faktor Genetik
Menurut hasil penelitian, kecerdasan dapat diturunkan melalui gen-gen dalam kromosom. Untuk itu, tidak heran jika ayah-ibu yang cerdas, akan melahirkan anak yang cerdas pula. Bahkan kini di luar negeri, terdapat bank sperma dari para donor pria-pria jenius.
b. Faktor gizi
Gizi yang baik sangat penting untuk pertumbuhan sel-sel otak, terutama pada saat ibu hamil dan juga pada waktu bayi, yaitu pada saat sel-sel otak sedang tumbuh dengan pesatnya. Kekurangan gizi pada saat pertumbuhan, bisa berakibat berkurangnya jumlah sel-sel otak dari jumlah yang normal. Hal itu tentu saja akan mempengaruhi kerja otak tersebut di kemudian hari.
c. Faktor Lingkungan
Lingkungan yang baik adalah lingkungan yang dapat memberikan kebutuhan mental bagi si anak. Kebutuhan mental meliputi kasih sayang, rasa aman, pengertian, perhatian, penghargaan, serta rangsangan intelektual. Kekurangan rangsangan intelektual pada masa bayi dan balita, dapat menyebabkan hambatan pada perkembangan kecerdasannya. Hal itu sering terjadi pada bayi-bayi yang ditinggal di panti asuhan. Menurut hasil penelitian, anak-anak yang mendapat perhatian banyak dari kedua orang tuanya, memiliki IQ yang cukup tinggi, terutama anak yang banyak mendapat perhatian dari sang ayah. Karena, secara tidak langsung kehadiran sosok ayah memberikan tambahan rasa bagi si anak sehingga menjadi lebih leluasa dalam melakukan kreativitas. Begitu pula halnya dengan anak-anak yang mendapat ASI paling sedikit selama 6 bulan penuh, menunjukkan ciri-ciri ber-IQ lebih tinggi jika dibandingkan dengan anak yang disusui selama kurang dari 3 bulan. Hal ini berkaitan dengan terjadinya hubungan psikologis yang tercipta saat menyusui yang sangat mungkin menjadi faktor penting dalam perkembangan IQ.
Sumber :
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/24/perkembangan-individu/