Rabu, 19 Oktober 2011

Definisi Pembelajaran

Menurut Gagne, Briggs, dan wagner dalam Udin S. Winataputra (2008) pengertian pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa.
Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkingan belajar.
Ciri utama dari pembelajaran adalah inisiasi, fasilitasi, dan peningkatan proses belajar siswa. Sedangkan komponen-komponen dalam pembelajaran adalah tujuan, materi, kegiatan, dan evaluasi pembelajaran.
Pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang relatif permanen, terjadi sebagai hasil dari pengalaman.[1] Definisi sebelumnya menyatakan bahwa seorang manusiadapat melihat perubahan terjadi tetapi tidak pembelajaran itu sendiri.[1] Konsep tersebut adalah teoretis, dan dengan demikian tidak secara langsung dapat diamati:
Anda telah melihat individu mengalami pembelajaran, melihat individuberperilaku dalam cara tertentu sebagai hasil dari pembelajaran, dan beberapa dari Anda (bahkan saya rasa mayoritas dari Anda) telah "belajar" dalam suatu tahap dalam hidup Anda. Dengan perkataan lain, kita dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran telah terjadi ketika seorang individu berperilaku, bereaksi, dan merespon sebagai hasil dari pengalaman dengan satu cara yang berbeda dari caranya berperilaku sebelumnya[2].

Pembelajaran dalam dunia pendidikan
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

Pembelajaran sosial

Pembelajaran sosial adalah pandangan bahwa orang-orang dapat belajar melalui pengamatan dan pengalaman langsung.[5] Meskipun teori pembelajaran sosial adalah perluasan dari pengkondisian operan, teori ini berasumsi bahwa perilaku adalah sebuah fungsi dari konsekuensi. Teori ini juga mengakui keberadaan pembelajaran melalui pengamatan dan pentingnya persepsi dalam pembelajaran.[5]




pengertian pembelajaran
pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Pemahaman seorang guru terhadap pengertian pembelajaran akan sangat mempengaruhi cara guru itu mengajar.

Berikut ini adalah pengertian dan definisi pembelajaran menurut beberapa ahli:

# KNOWLES

Pembelajaran adalah cara pengorganisasian peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan


# SLAVIN

Pembelajaran didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku individu yang disebabkan oleh pengalaman


# WOOLFOLK

Pembelajaran berlaku apabila sesuatu pengalaman secara relatifnya menghasilkan perubahan kekal dalam pengetahuan dan tingkah laku


# CROW & CROW

Pembelajaran adalah pemerolehan tabiat, pengetahuan dan sikap


# RAHIL MAHYUDDIN

Pembelajaran adalah perubahan tingkah laku yang melibatkan ketrampilan kognitif yaitu penguasaan ilmu dan perkembangan kemahiran intelek


# ACHJAR CHALIL

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar


# COREY

Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus


# G. A. KIMBLE

Pembelajaran merupakan perubahan kekal secara relatif dalam keupayaan kelakuan akibat latihan yang diperkukuh.

# MUNIF CHATIB

Pembelajaran adalah proses transfer ilmu dua arah, antara guru sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai penerima informasi

pembelajaran adalah merupakan sebuahkegiatan yang wajib kita lakukan dan kita berikan kepada anak-anak kita. Karena iamerupakan kunci sukses unutk menggapai masa depan yang cerah,mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan ilmu pengetahuan yang tinggi. Yang pada akhirnya akan berguna bagi bangsa, negara, dan agama. Melihat peranyang begitu vital, maka menerapkan metode yang efektif dan efisien adalah sebuahkeharusan. Dengan harapan proses belajar mengajar akan berjalan menyenakngkandan tidak membosankan. Di bawah ini adalah beberapa metode pembelajaranefektif, yang mungkin bisa kita persiapkan.

PENGERTIAN PEMBELAJARAN SECARA
KHUSUS
Pengertian pembelajaran secara khusus diuraikan sebagai berikut.
Behavioristik
Pembelajaran adalah usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan (stimulus).
Kognitif
Pembelajaran adalah cara guru memberikan kesempatan pada siswa untuk berfikir agar dapat mengenal dan memahami.
Gestalt
Pembelajaran adalah usaha guru untuk memberikan materi pembelajaran sedemikian rupa sehingga siswa lebih mudah mengorganisasikannya (mengaturnya) menjadi suatu pola gestalt (pola bermakna).
Humanistik
Pembelajaran adalah memberikan kebebasan kepada siswauntuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya. (Darsono Max, 2000: 24)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru dengan siswa yang ditujukan untuk melakukan perubahan sikap dan pola pikir siswa kearah yang lebih baik untuk mencapai hasil belajar yang optimal.
Menurut Gagne dan Briggs (1979:3)

Instruction atau pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal.
Menurut Eggen & Kauchak (1998)

Menjelaskan bahwa ada enam ciri pembelajaran yang efektif, yaitu:
 (1) siswa menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan serta membentuk konsep dan generalisasi berdasarkan kesamaan-kesamaan yang ditemukan, (2) guru menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi dalam pelajaran, (3) aktivitas-aktivitas siswa sepenuhnya didasarkan pada pengkajian, (4) guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan kepada siswa dalam menganalisis informasi, (5) orientasi pembelajaran penguasaan isi pelajaran dan pengembangan keterampilan berpikir, serta (6) guru menggunakan teknik mengajar yang bervariasi sesuai dengan tujuan dan gaya mengajar guru.

Selasa, 20 September 2011

DEFINISI TEKNOLOGI PEMBELAJARAN

NAMA : MOHAMAD GARDEA NUGRAHA
NIM     : 0906672

Jur/Fak : PLS(09) / FIP
M.KUL : TEKNOLOGI PEMBELAJARAN


Definisi Teknologi Pembelajaran
Rumusan tentang pengertian Teknologi Pembelajaran telah mengalami beberapa perubahan, sejalan dengan sejarah dan perkembangan dari teknologi pembelajaran itu sendiri. Di bawah ini dikemukakan beberapa definisi tentang Teknologi Pembelajaran yang memiliki pengaruh terhadap perkembangan Teknologi Pembelajaran.
1.      Definisi Association for Educational Communications Technology (AECT) 1963
“ Komunikasi audio-visual adalah cabang dari teori dan praktek pendidikan yang terutama berkepentingan dengan mendesain, dan menggunakan pesan guna mengendalikan proses belajar, mencakup kegiatan : (a) mempelajari kelemahan dan kelebihan suatu pesan dalam proses belajar; (b) penstrukturan dan sistematisasi oleh orang maupun instrumen dalam lingkungan pendidikan, meliputi : perencanaan, produksi, pemilihan, manajemen dan pemanfaatan dari komponen maupun keseluruhan sistem pembelajaran. Tujuan praktisnya adalah pemanfaatan tiap metode dan medium komunikasi secara efektif untuk membantu pengembangan potensi pembelajar secara maksimal.”
Meski masih menggunakan istilah komunikasi audio-visual, definisi di atas telah menghasilkan kerangka dasar bagi pengembangan Teknologi Pembelajaran berikutnya serta dapat mendorong terjadinya peningkatan pembelajaran.
2.      Definisi Commission on Instruction Technology (CIT) 1970
“Dalam pengertian yang lebih umum, teknologi pembelajaran diartikan sebagai media yang lahir sebagai akibat revolusi komunikasi yang dapat digunakan untuk keperluan pembelajaran di samping guru, buku teks, dan papan tulis…..bagian yang membentuk teknologi pembelajaran adalah televisi, film, OHP, komputer dan bagian perangkat keras maupun lunak lainnya.”
“Teknologi Pembelajaran merupakan usaha sistematik dalam merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi keseluruhan proses belajar untuk suatu tujuan khusus, serta didasarkan pada penelitian tentang proses belajar dan komunikasi pada manusia yang menggunakan kombinasi sumber manusia dan manusia agar belajar dapat berlangsung efektif.”
3.      Definisi Silber 1970
“Teknologi Pembelajaran adalah pengembangan (riset, desain, produksi, evaluasi, dukungan-pasokan, pemanfaatan) komponen sistem pembelajaran (pesan, orang, bahan, peralatan, teknik dan latar) serta pengelolaan usaha pengembangan (organisasi dan personal) secara sistematik, dengan tujuan untuk memecahkan masalah belajar”.
Definisi yang dikemukakan oleh Kenneth Silber di atas menyebutkan istilah pengembangan. Pada definisi sebelumnya yang dimaksud dengan pengembangan lebih diartikan pada pengembangan potensi manusia. Dalam definisi Silber, penggunaan istilah pengembangan memuat dua pengertian, disamping berkaitan dengan pengembangan potensi manusia juga diartikan pula sebagai pengembangan dari Teknologi Pembelajaran itu sendiri, yang mencakup : perancangan, produksi, penggunaan dan penilaian teknologi untuk pembelajaran.
4.      Definisi komisi TP 1970
Dlm pengertian umum, TP merupakan usaha yang sistematik dalam merancang, melaksanakan dan mengevaluasi keseluruhan proses belajar mengajar untuk suatu tujuan khusus serta didasarkan pada penelitian tentang proses belajar dan komunikasi yang menggunakan kombinasi sumber manusia dan non manusia agar belajar dpt efektif.
5.      Definisi MacKenzie dan Eraut 1971
“Teknologi Pendidikan merupakan studi sistematik mengenai cara bagaimana tujuan pendidikan dapat dicapai”
Definisi sebelumnya meliputi istilah, “mesin”, instrumen” atau “media”, sedangkan dalam definisi MacKenzie dan Eraut ini tidak menyebutkan perangkat lunak maupun perangkat keras, tetapi lebih berorientasi pada proses.
6.      Definisi AECT 1972
Pada tahun 1972, AECT berupaya merevisi defisini yang sudah ada (1963, 1970, 1971), dengan memberikan rumusan sebagai berikut :
“Teknologi Pendidikan adalah suatu bidang yang berkepentingan dengan memfasilitasi belajar pada manusia melalui usaha sistematik dalam : identifikasi, pengembangan, pengorganisasian dan pemanfaatan berbagai macam sumber belajar serta dengan pengelolaan atas keseluruhan proses tersebut”.
Definisi ini didasari semangat untuk menetapkan komunikasi audio-visual sebagai suatu bidang studi. Ketentuan ini mengembangkan gagasan bahwa teknologi pendidikan merupakan suatu profesi.
7.      Definisi SILBER 1973
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN adalah PENGEMBANGAN(riset, desain, produksi, evaluasi, dukungan-pasokan, pemnfaatan) KOMPONEN SISTEM pembelajaran (pesan, orang, bahan, alat, teknik, latar) serta PENGELOLAAN USAHA pengembangan (organisasi dan personil) secara sistematik, dg tujuan untuk MEMECAHKAN MASALAH belajar.
8.      Definisi AECT 1977
“Teknologi pendidikan adalah proses kompleks yang terintegrasi meliputi orang, prosedur, gagasan, sarana, dan organisasi untuk menganalisis masalah, merancang, melaksanakan, menilai dan mengelola pemecahan masalah dalam segala aspek belajar pada manusia.
Definisi tahun 1977, AECT berusaha mengidentifikasi sebagai suatu teori, bidang dan profesi. Definisi sebelumnya, kecuali pada tahun 1963, tidak menekankan teknologi pendidikan sebagai suatu teori.
9.      Definisi Robert Gagne (Gagne, 1990)
TP berhubungan dg studi dan PENCIPTAAN KONDISI BELAJAR YG BERHASIL GUNA Kondisi tsb berupa KEMAMPUAN dan KUALITAS individu pebelajar, menyangkut kemampuan pandang (visual), dengar (auditory), menangkap yg terucap, dan tertulis, KONDISI BERBASIS MEDIA, meliputi penyajian dg penjadwalan, pengurutan, dan pengorganisasian .
10.  Definisi AECT 1994
“ Teknologi Pembelajaran adalah teori dan praktek dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, serta evaluasi tentang proses dan sumber untuk belajar.”
Perbedaan defenisi teknologi pembelajaran tahun 1977 dan 1994
Beberapa perbedaan antara defenisi tahun 1977 dengan defenisi 1994 antara lain:
a)      Perubahan istilah teknologi pendidkan menjadi teknologi pembelajaran
b)      Penekanan orientasi pada defenisi tahun 1977 pada praktik, sedangkan orientasi pada defenisi tahun 1994 meliputi dua bidang yaitu teori dan praktik.
c)      Pada defenisi tahun 1977 kawasan kerja bidang teknologi pembelajaran meliputi menganalisis, merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, dan mengelola. Sedangkan dalam defenisi tahun 1994 meliputi lima kawasan antara lain perancangan, pengembangan, penggunaan, pengelolaan, dan pengevaluasian.
KESIMPULAN
Berdasarkan asumsi definisi, komponen definisi serta latar belakanh sejarah definisi teknologi pembelajaran di atas, nampaknya teknologi pemebelajaran akan terus mengalami proses “metamorfosa” menuju penyempurnaan untuk masa-masa mendatang. Di mana, semula Teknologi pembelajaran dipandang sebagai alat ke sistem yang berorientasi pada praktek menuju ke teori dan praktek,  dari produk menuju ke proses dan produk, dan akhirnya melalui perjalanan evolusionernya saat ini teknologi pembelajaran telah menjadi sebuah bidang dan profesi.
Sejalan dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat, khususnya dalam bidang pendidikan, psikologi dan komunikasi maka tidak mustahil ke depannya teknologi pembelajaran akan semakin terus berkembang dan memperkokoh diri menjadi suatu disiplin ilmu dan profesi yang dapat lebih jauh memberikan manfaat bagi pencapaian efektivitas dan efisiensi pembelajaran.
Kendati demikian, harus diakui bahwa perkembangan bidang dan profesi teknologi pembelajaran di Indonesia  hingga saat ini masih boleh dikatakan belum optimal, baik dalam hal design, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, maupun evaluasinya. Kiranya masih dibutuhkan usaha perjuangan yang sungguh-sungguh dari semua pihak yang terkait dengan teknologi pembelajaran, baik dari kalangan akademisi, peneliti maupun praktisi.

REFERENSI: 


Minggu, 11 September 2011

social marketing

Pemasaran sosial merupakan aplikasi sistematis pemasaran, bersama dengan konsep lain dan teknik, untuk mencapai tujuan perilaku tertentu untuk barang sosial[1] Pemasaran sosial dapat diterapkan untuk mempromosikan barang jasa, atau untuk membuat masyarakat menghindari barang cela dan dengan demikian untuk.mempromosikan masyarakat yang kesejahteraan secara keseluruhan. Misalnya, ini mungkin termasuk meminta orang untuk tidak merokok di tempat umum, meminta mereka untuk menggunakan sabuk pengaman, atau mendorong untuk membuat mereka mengikuti batas kecepatan.
Meskipun "pemasaran sosial" kadang-kadang terlihat hanya sebagaimenggunakan praktik standar pemasaran komersial untuk mencapai tujuan non-komersial, ini merupakan penyederhanaan berlebihan.
Tujuan utama dari pemasaran sosial adalah "baik sosial", sedangkan dalam"pemasaran komersial" adalah tujuannya terutama "keuangan". Ini tidak berartibahwa pemasar komersial tidak dapat berkontribusi pada pencapaian baik sosial.
Semakin, pemasaran sosial sedang digambarkan memiliki "dua orang tua"-a "orangtua sosial" = ilmu sosial dan kebijakan sosial, dan "orang tua pemasaran" =pendekatan sektor komersial dan publik pemasaran.
Dimulai pada 1950-an ketika Weibe bertanya "Mengapa kau tidak bisa menjualpersaudaraan dan berpikir rasional seperti Anda dapat menjual sabun?", Ia memiliki dalam dua dekade terakhir matang menjadi suatu disiplin jauh lebihintegratif dan inklusif yang mengacu pada berbagai sosial ilmu dan pendekatan kebijakan sosial serta pemasaran.
Shaklee Coorporation, yang merintis pemasaran sosial lebih dari 50 tahun lalu, telah merek dagang "Pemasaran Sosial." Jangka [2]
Pemasaran sosial tidak harus bingung dengan pemasaran media sosial.

Jenis pemasaran sosial
Pemasaran sosial menggunakan manfaat dan berbuat baik sosial untuk mengamankan dan mempertahankan keterlibatan pelanggan. Dalam pemasaran sosial fitur yang membedakan adalah karena itu "fokus utama pada baik sosial, dan bukan hasil sekunder. Tidak semua sektor publik dan bukan nirlaba pemasaran adalah pemasaran sosial.
Badan-badan sektor publik dapat menggunakan pendekatan pemasaran standar untuk meningkatkan promosi layanan yang relevan dan tujuan organisasi. Ini dapat sangat penting, tetapi tidak harus bingung dengan pemasaran sosial dimana fokusnya adalah pada pencapaian tujuan perilaku tertentu dengan khalayak tertentu dalam kaitannya dengan topik yang berbeda relevan dengan sosial yang baik (misalnya: kesehatan, keberlanjutan, daur ulang, dll). Sebagai contoh, sebuah 3-bulan kampanye pemasaran untuk mendorong orang untuk mendapatkan vaksin H1N1 lebih taktis di alam dan tidak boleh dianggap pemasaran sosial. Sedangkan kampanye yang mempromosikan dan mengingatkan orang untuk mendapatkan pemeriksaan rutin dan semua vaksinasi mereka ketika mereka seharusnya mendorong perubahan jangka panjang perilaku yang menguntungkan masyarakat.Oleh karena itu dapat dianggap pemasaran sosial.
Sebagai garis pemisah jarang jelas adalah penting untuk tidak membingungkan pemasaran sosial dengan pemasaran komersial.
Seorang pemasar komersial menjual produk hanya dapat berusaha untuk mempengaruhi pembeli untuk melakukan pembelian produk.
Pemasar sosial, berhubungan dengan tujuan seperti mengurangi merokok atau mendorong penggunaan kondom, memiliki tujuan yang lebih sulit: untuk membuat perubahan perilaku yang berpotensi sulit dan jangka panjang pada populasi target.
Hal ini kadang-kadang merasa bahwa pemasaran sosial terbatas pada spektrum tertentu client-organisasi non-profit, kelompok layanan kesehatan, lembaga pemerintah.
Ini sering adalah klien lembaga pemasaran sosial, namun tujuan merangsang perubahan sosial tidak terbatas pada organisasi amal pemerintah atau non-profit; dapat dikatakan bahwa perusahaan PR upaya seperti dana untuk seni adalah contoh dari pemasaran sosial .
Pemasaran sosial tidak harus bingung dengan Konsep Pemasaran Masyarakat yang merupakan pelopor dari pemasaran yang berkelanjutan dalam mengintegrasikan isu-isu tanggung jawab sosial ke dalam strategi pemasaran komersial. Berbeda dengan itu, pemasaran sosial menggunakan teori-teori pemasaran komersial, alat dan teknik untuk isu-isu sosial.
Pemasaran sosial menerapkan "berorientasi pelanggan" pendekatan dan menggunakan konsep-konsep dan peralatan yang digunakan oleh pemasar komersial dalam mengejar tujuan sosial seperti Anti-Merokok-Kampanye atau dana bagi LSM.

Jumat, 12 Agustus 2011

uas p2M


Nama                 :
NIM                    : 0906869
Kelas                  : B
Mat. Kuliah      : PSPM
Tugas                  : UTS

1.a. Soekanto (1982:24) menyebutkan beberapa unsur /elemen dasar masyarakat (Society) sebagai berikut:Manusia yang hidup bersama.
1.       Berampur untuk waktu yang lama.
2.       Adanya kesadaran bahwa mereka adalah satu kesatuan.
3.       Mereka merupakan suatu system hidup bersama.

Sementara itu Abdulsyani (2007:14) juga mengungkapkan beberapa elemen dasar masyarakat sebagai berikut:
1.       Sejumlah masnusia yang hidup bersama dalam waktu yang relative lama; di dalamnya manusia dapat saling mengerti dan merasa dan mempunyai harapan-harapan sebagi akaibat dari hidup bersama itu. Terdapat system komunikasi dan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antarmanusia dalam masyarakt tersebut.
2.       Manusia yang hidup bersama itu merupakan satu kesatuan
3.       Manusia yang bersama itu merupakan suatu system hidup bersama, yaitu hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan, oleh karenanya setiap anggota masyarakat merasa dirinya asing-masing terikat dengan kelompoknya.

CONTOH:
Masyarakat pedesaan di Desa Sadang Mekar Kabupaten Bandung Barat.

Unsur SOSIAL (SOCIETY)
·       Adanya interaksi individu
·       Menempati ruang lingkup tertentu
·       Adanya subjekyang melakukan

CONTOH:
Interaksi antara dosen dan mahasiswa yang terjadi di ruang perkuliahan merupakan salah satu proses interaksi sosial.

1.b. Asumsi dasar masyarakat

1.c. Intervensi adalah sebuah istilah dalam dunia politik dimana ada negara yang mencampuri urusan negara lainnya yang jelas bukan urusannya. Adapula definisi intervensi adalah campur tangan yang berlebihan dalam urusan sosial, politik,ekonomi,budaya.Sehingga negara yang melakukan intervensi sering dibenci oleh negara-negara lainnya
Pentingnya intervensi
·         Membangun kerjasama antar Negara
·         Membantu Negara/masyarakat tertinggal
·         Meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi
·         Masuknya teknologi secara berkesinambungan

2.a   Dari pengertiannya sendiri, “Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi di antara keduanya”, dapat ditarik kesimpulan, tujuan akhir dari proses komunikasi adalah tersampaikannya ideatau gagasan dari pohak komunikan kepada audience.
CONTOH:
Proses sosialisasi di sekolah oleh guru BK kepada muridnya memberikan pengetahuan/informasi bahaya akan penggunaan NARKOBA.

2.b. Pendekatan top down aproach merupakan pengorganisasian yang dimulai dari level perencenaan strategis. Pendekatan ini dimulai dengan mendefinisikan sasaran dan kebijakan pembangunan. Selanjutnya dilakukan analisis kebutuhan informasi dengan penentuan input, output, basis data, prosedur-prosedur operasi dan kontrol. Pendekatan ini merupakan ciri-ciri dari pendekatan terstruktur.

2.c   Kelebihan
  • Pembangunan langsung mencakup keseluruhan
  • Kerangka metode  terstruktur,
  • Penyimpanan data menjadi terpusat
  • Kontrol informasi dapat dilakukan secara tersentralisasi
  Kelemahan
  • Waktu implementasi lebih lama
  • Risiko kegagalan relatif tinggi karena kerumitannya.
  • Membutuhkan biaya yang relatif besar

3.a   Proses Mobilisasi adalah tindakan pengerahan dan penggunaan secara serentak sumber daya nasional serta sarana dan prasarana nasional yang telah dibina dan dipersiapkan sebagai komponen kekuatan pertahanan keamanan negara untuk digunakan secara tepat, terpadu, dan terarah bagi penanggulangan setiap ancaman, baik dari luar maupun dari dalam negeri

CONTOH: Proses pendidikan Wajar Diknas Sembilan tahun merupakan sebuah langkah awal dalam menjalankan proses mobilitas di bidang pendidikan.

3.b  4 unsur mobilisasi:
a.       Melibatkan Pemerintah Lokal
b.      Bekerja sama dengan Sektor Sipil Lokal
c.       Mengintegrasikan Pembangunan Ekonomi
d.      Keberlanjutan
3.c   Assumsi yang fundamental bagi Community Social Work (Murray G. Ross, 1967): 
  1. Sebuah komunitas dapat mengembangkan kapasitasnya untuk menghadapi masalah-masalah mereka;
  2. Orang-orang ingin berubah dan memiliki kemampuan untuk melakukannya;
  3. Orang-orang perlu berpartisipasi dalam pembuatan, penyesuaian, dan pengendalian perubahan penting yang terjadi dalam komunitasnya;
  4. Perubahan dalam kehidupan masyarakat yang berdasarkan kepada self-imposed dan self developed memiliki pengertian dan ketetapan bahwa perubahan yang dipaksakan tidak dapat dilakukan;
  5. Sebuah “pendekatan yang holistik” dapat lebih berhasil dalam mengatasi permasalahan yang tidak dapat diatasi oleh “pendekatan yang terfragmentasi”;
  6. Demokrasi membutuhkan partisipasi dan tindakan yang kooperatif dalam persoalan masyarakat, dan orang-orang harus mempelajari berbagai keterampilan yang membuatnya menjadi memungkinkan;
  7. Pada umumnya orang-orang membutuhkan bantuan dalam pengorganisasian untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya sebagai individu membutuhkan bantuan dalam mengatasi kebutuhan individualnya.
CONTOH: Sejumlah individu yang tinggal di suatu tempat yang memiliki rasa keterikatan satu sama lain yang membentu suatu komunitas masyarakat




4.a. Secara umum community development dapat didefinisikan sebagai  kegiatan pengembangan masyarakat yang diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat untuk mencapai kondisi sosial-ekonomi-budaya yang lebih baik apabila dibandingkan dengan sebelum adanya kegiatan pembangunan. Sehingga masyarakat di tempat tersebut diharapkan menjadi lebih mandiri dengan kualitas kehidupan dan kesejahteraan yang lebih baik. Program Community Development memiliki tiga karakter utama yaitu berbasis masyarakat (community based), berbasis sumber daya setempat (local resource based) dan berkelanjutan (sustainable). Dua sasaran yang ingin dicapai yaitu: sasaran kapasitas masyarakat dan sasaran kesejahteraan. Sasaran pertama yaitu kapasitas masyarakat dapat dicapai melalui upaya pemberdayaan (empowerment) agar anggota masyarakat dapat ikut dalam proses produksi atau institusi penunjang dalam proses produksi, kesetaraan (equity) dengan tidak membedakan status dan keahlian, keamanan (security), keberlanjutan (sustainability) dan kerjasama (cooperation), kesemuanya berjalan secara simultan.
4.b. PBB (1955) mendefinisikan pengembangan masyarakat sebagai berikut: Pengembangan masyarakat didefinisikan sebagai suatu proses yang dirancang untuk menciptakan kemajuan kondisi ekonomi dan sosial bagi seluruh warga masyarakat dengan partisipasi aktif dan sejauh mungkin menumbuhkan prakarsa masyarakat itu sendiri. Pendapat lain adalah sebuah proses usaha-usaha bersama antara pemerintah dan masyarakat dalam upaya meningkatkan kondisi sosial, kultural, dan ekonomi masyarakat.(PBB)

4.c. Ideologi Santoso dan Jim Lfe

5.a. Menurut Irwin T. Sanders, pembangunan masyarakat (Community Development) adalah perpaduan atau persenyawaan dari dua bentuk kekuatan dalam masyarakat, kekuatan pertama adalah pengorganisasian masyarakat (Community Organization) dan kekuatan yang kedua pengembangan ekonomi (Economic Development). Dirumuskan oleh Sanders : CD = CO + ED
         CONTOH:
         Contoh kongkrit yang dapat dilihat dari pengertrian Community Development menurut Irwin, adalah di pedesaan. Pengorganisasian dilihat dari bentuk interaksi masryarakat yang diwadahi oleh suatu organsisiasi yang ada di desa tersebut. Sedagkan pembangunan ekonomi dilihat dari data primer yang sudah ada, apakah masyarakatnya berkerja atau tidak dan sebagainya.

a.       a) Proses Keberhasilan program kegiatan Community Development yang dilaksanakan oleh sebuah perusahaan dapat dilihat dari fenomena yang terjadi di komunitas yang menjadi tempat kegiatan Community Development perusahaan dilaksanakan adanya perubahan kondisi yang terjadi di masyarakat tersebut menjadi lebih maju. Baik dilihat dari sudut pandang sosial, ekonomi maupun psikologis.

b) Methode Kegiatan Community Development yang dilaksanakan sebuah perusahaan, bisa disebut berhasil jika metode atau cara yang dilakukan oleh perusahaan dapat mencapai tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan tersebut. Jadi, perkembangan dari suatu metode yang digunakan perusahaan dalam program Community Development harus dievaluasi dari waktu ke waktu.

c) Program dalam kegiatan Community Development merupakan suatu kesatuan dengan prosedur. Program Community Development berisi bidang-bidang yang khusus seperti kesehatan, kesejahteraan, pendidikan dan lingkungan. Program Community Development ditekankan pada aktivitasnya. Jadi program Community Development di perusahaan tidak hanya bersifat insidetil atau koordinasional tetapi tetap harus menjadi sebuah program yang rutin dilaksanakan.

d) Movement Adanya peningaktan kualitas program Community Development yang diberikan kepada masyarakat, sehingga dampak yang dirasakan oleh masyarakat lebih besar, maka program Community Development tersebut bisa dikatakan berhasil. Jadi, keefektifan Program Community Development harus terus di sesuaikan dengan keadaan atau kebutuhan masyarakat yang menjadi objek program sehingga tingkat kemanfaatannya bisa terus ditingkatkan.

C. 5 langkah Community Development
1.       Assessment
Assessment merupakan langkah terpenting dari seluruh proses locality development, karena hasil assessment ini akan menentukan ketepatan serta efektivitas program locality development itu sendiri.
Assessment mencakup needs assessment, identifikasi masalah, analisis masalah, dan resources assessment.
Asesmen mencakup tidak hanya masalah klien, melainkan juga sumber-sumber, kekuatan-kekuatan, motivasi, komponen-komponen fungsional, dan faktor-faktor yang positif lainnya yang dapat digunakan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan klien, dalam meningkatkan keberfungsian, dan dalam mendukung pertumbuhan.
Para stakeholder yang akan terlibat dalam proses treatment harus dapat diidentifikasi agar dapat dioptimalkan kontribusinya untuk pengembangan masyarakat.
2.       Plan of Treatment
Planning, menurut Meryl Ruoss (1970) adalah organized foresight. Plan of Treatment merupakan sebuah proses insight dalam mengidentifikasi, memilah, menghubungkan masalah atau kebutuhan dengan sumber-sumber yang dapat didayagunakan untuk memecahkan masalah dan atau memenuhi kebutuhan melalui serangkaian kegiatan (program dan proyek).
Dalam tahap ini para stakeholder yang sudah diidentifikasi ditempatkan pada peran dan fungsi yang sesuai dengan struktur pelaksana pengembangan masyarakat. Kejelasan peran fungsi tersebut akan menjadi sinergi yang besar bagi penyelenggaraan pengembangan masyarakat dalam proses treatment. Setidaknya ada empat pihak yang terlibat dalam pengembangan masyarakat, yaitu:
·         Perusahaan;
·         Pemerintah, baik lokal maupun nasional dan regional;
·         Lembaga mitra, yang ikut dilibatkan karena memiliki sumber yang dapat bersinergi dalam kegiatan;
·         Masyarakat, yang terdiri dari local leader dan warga masyarakat.

3.       Treatment
Tahap ini merupakan implementasi dari strategi locality development, monitoring, dan evaluasi.
Dalam tahap implementasi, maka perlu diperhitungkan situasi actual yang akan menentukan tindakan yang perlu dilakukan. Monitoring memberikan dua manfaat utama, yaitu :
·         Memberikan informasi untuk pegangan sementara program masih sedang berlangsung.
·         Memberikan informasi bagi evaluasi berkala, Evaluasi ditujukan baik kepada pelaksanaan program (proses dan hasil), maupun kepada kerjasama di antara semua pelaku.

4.       Terminasi
Terminasi merupakan langkah penghentian sementara (sekuensi) kegiatan locality development; yang mungkin kelak ditindaklanjuti dengan rangkaian kegiatan berikutnya. Satu tahap antara yang harsu disadari betul oleh pelaksana perubahan pada saat melakukan terminasi adalah tahap stabilisasi. Tahapan antara ini penting dilakukan karena pada saat melakukan intervensi dalam masyarakat terjadi berbagai perubahan dalam struktur masyarakat yang dapat mempengaruhi sistem nilai dalam masyarakat. Pada tahap stabilisasi ini harus dipastikan bahwa perubahan yang terjadi dalam masyarakat dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat sehingga menjadi tatanan yang dapat mendukung perkembangan masyarakat selanjutnya.

5.       Tindak Lanjut
Tahap tindak lanjut berisi penyelenggaraan kegiatan dalam masyarakat dengan berdasarkan kepada kondisi masyarakat yang baru dengan segala kesiapan untuk berkembang lebih lanjut. Pada tahap ini yang lebih banyak dilakukan adalah dengan memberikan stimulan-stimulan yang akan segera ditindaklanjuti oleh masyarakat secara independen.
6
a.        
b.      Partisipasi adalah keikutsertaan, peranserta tau keterlibatan yang berkitan dengan keadaaan lahiriahnya (Sastropoetro;1995). Jenis pArtisipasi Wilcox (1999) membedakan level partisipasi masyarakat menjadi lima jenis yaitu:
(2)    pemberian informasi
(3)    konsultasi,
(4)    pembuat keputusan bersama
(5)    melakukan tindakan bersama
(6)    mendukung aktivitas yang muncul atas prakarsa masyarakat. Menurut Wilcox pada level mana partisipasi masyarakat akan dilakukan sangat tergantung pada kepentingan yang hendak dicapai.
b.       

7.       Peran change agent
1.       Melaksanakan cita-cita mengubah dan memperbaiki nilai-nilai sosial
2.       Menemu kenali berbagai peluang untuk melakukan perbaikan
3.       Selalu melibatkan diri dalam proses inovasi, adaptasi, pembelajaran yang terus menerus
4.       Bertindak tanpa menghiraukan berbagai hambatan atau keterbatasan yang dihadapinya
5.       Memiliki akuntabilitas dalam mempertanggungjawabkan hasil yang dicapainya, kepada masyarakat.






Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger